Tari Lulo atau yang biasa disebut dengan Tari Molulo adalah tarian tradisional yang berasal dari Provinsi Sulawesi Tenggara. Tarian ini merupakan tarian tradisional dari masyarakat Suku Tolaki yang dilakukan secara beramai-ramai atau masal dan dapat dilakukan oleh seluruh kalangan baik itu kaum pria maupun kaum wanita, tua maupun muda.
1 Dengan mengamati gambar peserta didik mampu menyebutkan tarian di daerah Sulawesi 2. Melalui kegiatan diskusi peserta didik mampu membedakan setiap tarian daerah Sulawesi A. PENDAHULUAN ( alokasi waktu : 2 menit) 1. Memulai pembelajaran dengan memberikan salam dan menanyakan kabar dan mengecek kehadiran siswa ( Orientasi ) 2.
17Tarian Adat Daerah Sulawesi Tengah, Gambar dan Penjelasannya By Yogi Rahmad Posted on July 26, 2019 Sulawesi Tengah adalah sebuah provinsi yang memiliki ragam tarian daerah yang khas. Ibu kotanya adalah kota Palu dengan luas wilayahnya 61.841,29 km², dan jumlah penduduknya 3.222.241 jiwa.
Vay Tiį»n Nhanh. Sulawesi Tenggara merupakan provinsi yang mempunyai begitu banyak kesenian yang terus berkembang mengikuti budaya masyarakat setempat. Salah satu kesenian tersebut adalah tarian Sulawesi Tenggara yang sangat beragam dan masing masing mempunyai ciri khas serta keunikan tersendiri. Baca Juga 34 Tarian Daerah di Indonesia Nama, Gambar & Penjelasannya Tarian adat Sulawesi Tenggara setidaknya ada lebih dari 7 yang wajib anda ketahui, diantaranya akan kami jelaskan dibawah ini Tarian Sulawesi TenggaraTari DingguTari LumenseTari BalumpaTari Lulo atau MaluloTari GalangiTari MangaruTari UmoaraTari Honari Mosega Tari Dinggu Tari dinggu adalah tarian Sulawesi Tenggara yakni tarian rakyat yang menggambarkan aktivitas dan suasana masyarakat ketika musim panen tiba khususnya panen padi. Tarian ini umumnya ditampilkan penari pria dan wanita yang berpakaian seperti petani zaman dulu. Ini merupakan tarian adat Sulawesi Tenggara yang sangat terkenal dan sering ditampilkan dalam pesta panen raya, penyambutan, perayaan hari besar, festival budaya dan acara lainnya. Sesudah semua hasil panen padi terkumpul, maka masyarakat Sulawesi Tenggara akan melakukan modinggu yakni menumbuk padi secara beramai ramai yang dilakukan pemuda dan pemudi Sulawesi Tenggara. Sesudah acara tersebut selesai, maka berikutnya akan diakhiri dengan lulo bersama untuk hiburan dan melepas lelah sekaligus mempererat kebersamaan mereka. Tradisi tersebut masih terus dilakukan masyarakat Tolaki hingga akhirnya tari dinggu tersebut terbentuk. Tarian ini biasanya dilakukan 10 orang atau lebih penari pria dan tetapi jumlah penari juga bisa disesuaikan dengan setiap kelompok. Selain memakai kostum petani, para penari juga akan menggunakan properti seperti alu, tampah dan juga lesung. Untuk musik pengiringnya adalah gitar kecapi khas Sulawesi Tenggara dan juga kendang dengan irama padat akan tetapi ketika masuk ke gerakan lulo, maka irama akan semakin cepat. Penari wanita nantinya akan mengenakan kebaya dan kain sarung khas Sulawesi Tenggara. Sedangkan untuk aksesoris akan menggunakkan kalu dan hiasan rambut sambil membawa tampah dan sebagian lagi membawa alu kecil. Tari Lumense Tarian daerah Sulawesi Tenggara bernama tari lumense ini diambil dari bahasa penduduk yang terdiri dari 2 kata yakni lume berarti terbang dan mense berarti tinggi sehingga bisa diartikan menjadi terbang tinggi. Tarian ini berasal dari Kabupaten Bombana, Kecamatan Kabaena yang ditempati oleh suku Moronene yakni generasi suku Melayu tertua yang datang dari Hindia pada zaman pra sejarah. Tari lumense ini biasanya dipertunjukkan ketika menyambut tamu dalam pesta rakyat yang dilakukan 12 orang penari wanita sehingga bisa dikatakan ini merupakan tarian kelompok wanita. Dari 12 orang penari tersebut, 6 orang akan berperan sebagai pria dan 6 orang lainnya akan berperan tetap menjadi wanita. Untuk busananya sendiri juga terlihat sangat unik karena menggunakan busana adat Kabaena. Penari yang berperan sebagai wanita akan menggunakan taincombo yaitu baju adat Kabean berupa rok warna merah marun dan atasan berwarna hitam yang bagian bawah baju terlihat seperti ikan duyung. Sementara untuk penari yang berperan sebagai pria akan menggunakan taincombo berpadu dengan selendang merah serta korobi yakni sarung parang terbuat dari kayu yang akan dikenakan pada bagian pinggang sebelah kiri. Formasi dalam tarian ini juga terbilang menarik dari mulai maju mundur, bertukar tempat dan membentuk huruf āZā kemudian berubah kembali membentuk huruf āSā yang disebut sebagai moomani atau ibing. Selama lagu sedang ditampilkan, maka juga akan diiringi alat musik tradisional seperti gong besar atau tawa tawa, gendang dan gong kecil atau ndengu ndengu. Tari Balumpa Balumpa adalah tari tradisional Sulawesi Tenggara lebih tepatnya berasal dari daerah Wakatobi yang masuk dalam jenis tari pergaulan untuk menyambut para tamu yang akan dipentaskan para wanita. Tarian ini menceritakan tentang sekumpulan gadis yang sedang berdendang diiringi lagu daerah dan musik gambir. Seperti yang sudah dijelaskan, tarian Sulawesi Tenggara ini hanya dilakukan oleh wanita meski ada juga beberapa pertunjukkan yang juga dilakukan oleh penari pria sebagai variasi. Untuk jumlah penarinya sendiri antara 6 hingga 8 orang yang bisa disesuaikan. Tarian ini akan terlihat semakin indah karena penari akan mengenakan busana adat berupa baju lengan pendek dan memakai kain panjang khas Sulawesi Tenggara lengkap dengan aksesoris seperti gelang, anting, kalung, hiasan kepala dan kain selendang untuk menari. Tarian ini masih terus dilestarikan hingga sekarang dan ada banyak kreasi serta variasi yang ditambahkan setiap pertunjukkan tari ini sedang dilangsungkan. Tari Lulo atau Malulo Tarian dari Sulawesi Tenggara ini merupakan tarian tradisional Suku Tolaki yang dilakukan secara massal baik pria atau wanita untuk acara pernikahan adat, panen raya dan perayaan adat lainnya. Dengan iringan alat musik tradisional dan lagu adat, para penari akan saling berpegangan tangan dan membentuk formasi lingkaran yang diwariskan turun temurun hingga sekarang. Karena dilakukan oleh banyak orang, maka tarian biasanya akan dilakukan pada tempat yang sangat luas dengan membentuk lingkaran berselang seling antara penari pria dan wanita. Berpegangan tangan dalam tarian ini ternyata juga memiliki aturan tersendiri. Telapak tangan pria harus berada di bawah telapak tangan pria yang dilakukan agar selama menari tangan pria tidak menyentuh area dada para wanita. Tari Galangi Ini merupakan tarian khas Sulawesi Tenggara lebih tepatnya dari Kepulauan Buton Raya yang menjadi tari perang dalam Kesultanan Buton. Tari galangi ini adalah ungkapan sekaligus spontanitas yang membentuk sebuah tarian untuk memperlihatkan pemakaian gala ketika sedang berhadapan dengan musuh. Tarian biasanya dilakukan untuk mengiringi Sultan pada saat akan keluar dari istana untuk melakukan tugas atau menyambut dan mengantar tamu Kesultanan. Tari galangi biasanya dilakukan 11 kelompok yang masing masing kelompoknya terdiri dari 7 orang. Dulunya, kelompok tersebut memiliki tugas mempertahankan Kesultanan dari serangan luar, akan tetapi tugasnya akan berubah ketika situasi masih aman. Setiap penari akan menggunakan busana Sala Kaitela yakni celana puntung dan membawa properti seperti gala atau tombak, tombi makuni atau bendera kuning, tombi maleāi atau bendera merah dan juga tamburu atau genderang. Tari Mangaru Tari mangaru adalah tarian Sulawesi Tenggara yang lebih tepatnya berasal dari Desa Konde, Kecamatan Kambowa, Kabupaten Buton Utara. Tarian ini menggambarkan tentang keberanian pria zaman dulu ketika berada di medang perang. Para penari akan mempertunjukkan gerakan 2 orang pria yang saling adu kekuatan dengan menggunakan keris. Seperti jenis tari Sulawesi Tenggara lainnya, tari mangaru juga diiringi dengan beberapa alat musik tradisional seperti mbololo atau gong, kandi kandi serta 2 buah gendang terbuat dari kulit hewan. Sedangkan untuk musik umumnya memiliki tempo cepat yang disesuaikan juga dengan semangat para penari. Selain memperlihatkan kesenian, tarian ini juga sekaligus dijadikan ajang berkumpul warga setempat namun sayangnya semakin jarang ditemukan sekarang ini. Tari Umoara Tari umoara juga merupakan tarian adat Sulawesi Tenggara jenis tari perang yang ditampilkan untuk menyambut tamu dalam perkawinan bangsawan dan juga untuk mengantar jenazah bangsawan serta pelantikan seorang raja. Tarian ini menggambarkan tentang kewaspadaan dan ketangkasan ketika menyerang musuh sekaligus membela diri ketika berperang. Tarian yang berasal dari Suku Tolaki ini memiliki arti peperangan yang memang dulu digunakan untuk menyambut panglima perang ketika kembali dari berperang sekaligus menyambut para tamu kerajaan. Hingga sekarang, tarian ini masih dilestarikan namun fungsinya sudah berbeda yakni untuk menyambut para tamu yang sedang berkunjung ke Sulawesi Tenggara dan juga dalam acara pernikahan. Tari Honari Mosega Tari honari mosega yang merupakan tari tradisional Sulawesi Tenggara ini dulu dipertunjukkan sebagai atraksi sebelum dan sesudah perang. Ini merupakan tarian perang asli Liya, Kabupaten Wakatobi yang dilakukan sebagai bentuk motivasi dan semangat untuk para prajurit ketika berperang dan kegembiraan ketika menyambut kedatangan para prajurit sesudah perang sambil membawa kemenangan. Tarian Sulawesi Tenggara ini dilakukan oleh beberapa pria dimana akan ada 1 penari inti yang disebut tompidhe sambil emmegang tombak atau parang lengkap dengan 1 sampai 4 orang sebagai hulubalang yang disebut dengan manu manu moane sambil memegang tombak dan janur kuning untuk menangkal sihir atau bisa. Terkadang, dalam tarian juga terdapat hulubalang wanita yang disebut dengan manu manu wowine serta 1 orang pemukul gendang atau tamburu. Masing masingĆ penari tompidhe dan manu manu moane tersebut akan dilengkapi juga dengan untaian gemerincing sehingga akan selalu berbunyi ketika bergerak. Tarian akan diisi dengan gerakan maju mundur beraturan yang merupakan gerakan silat Liya yang disebut Makanjara. Selama masa Kesultanan Buton, tarian ini sering dipertunjukkan dalam acara menyambut tamu agung dan acara adat untuk keturunan para bangsawan Liya.
Tarian Sulawesi Utara ā Sulawesi Utara merupakan provinsi yang memiliki suku dan etnis beragam seperti 4 suku mayoritas Suku Gorontalo, Suku Minahasa, Suku Sangihe Talaud dan juga Suku Bolaang Mangondow. Ada begitu banyak warisan budaya yang bisa diangkat dari daerah ini, namun dalam kesempatan ini akan kami jelaskan tentang beberapa tarian khas serta gambar tarian Sulawesi Utara untuk menambah wawasan anda seputar wawasan nusantara. Daftar Nama Tarian Sulawesi UtaraTari KabasaranTari KatriliTari MahambakTari TumatendenTari TatangesanTari PasasanggaramaTari MokosambeTari MaengketTari Gunde Tari Kabasaran Tari kabasaran merupakan tarian Sulawesi utara jenis tarian perang masyarakat Minahasa. Tari ini umumnya dilakukan para penari pria memakai baju perang lengkap dengan senjata seperti tombak, perisai dan juga pedang. Dari catatan sejarah, tarian daerah Sulawesi utara ini sering dilakukan prajurit Minahasa sebelum atau sepulang dari berperang. Para penarinya sendiri harus keturunan penari kabasaran sebelumnya sebab keluarga penari umumnya mempunyai senjata khusus yang akan diwariskan turun menurun. Karena sifat tari yang sakral, maka tari kabasaran tidak bisa dilakukan oleh orang sembarangan. Untuk sekarang, tari ini dikembangkan menjadi tari pada upacara adat, penyambutan dan juga acara budaya lain seperti penghormatan pada leluhur yang sudah gugur di medan perang. Nama tarian ini memiliki arti ayam jantan dimana bagi masyarakat Minahasa, ayam jantan adalah simbol keberanian atau kejantanan. Ini bisa dilihat dari wajah para penari yang menampilkan ekspresi garang dan gagah berani. Kata wasal yang disebut dengan kawasalan berarti menari seperti ayam jantan ketika sedang bertarung. Dengan berkembangnya bahasa Melayu Manado, maka kawasalan berubah menjadi kata kabasaran yang juga memiliki arti sama. Tari Katrili Tari katrili yang merupakan tarian dari Sulawesi Utara ini masuk dalam jenis tari pergaulan atau tari hiburan. Tarian akan dilakukan pria dan wanita yang menjadi perpaduan dari budaya Eropa dengan budaya Minahasa sehingga jika dilihat tampak seperti tarian modern namun sudah ada sejak dulu. Tari katrili menurut sejarah sudah ada sejak bangsa Spanyol dan Portugis datang ke Sulawesi Utara untuk membeli hasil bumi. Karena hasil yang didapat sangat banyak, maka mereka merayakannya dengan menggelar pesta meriah serta tarian berpasangan antara pria dan wanita. Mereka juga mengajak pribumi khususnya Suku Minahasa untuk ikut dalam perayaan dan semakin lama menjadi kebiasaan para masyarakat meski bangsa Spanyol dan Portugis sudah pergi sehingga tercipta tari katrili yang diambil dari bahasa Eropa Quadrille. Tari Mahambak Tari mahambak merupakan tari tradisional anak Suku Bantik yang bersifat massal dan dilakukan penari pria dan wanita. Dalam tarian tradisional Sulawesi utara ini, para penari akan melakukan gerakan yang khas diiringi dengan nyanyian adat bertema persatuan dan kerukunan masyarakat Suku Bantik. Suku Bantik menurut sejarah terpencar di beberapa daerah Sulawesi Utara seperti Molas, Malalayang, Boyong serta daerah lain. Media komunikasi yang sulit saat itu membuat pertemuan menjadi hal yang berharga dan dirayakan dengan menari tarian mahambak. Tarian mahambak memiliki arti bergembira dan bersukacita yang juga mengandung nilai persatuan dan kebersamaan. Tari Tumatenden Nama tarian Sulawesi Utara selanjutnya adalah tari tumatenden yang diangkat dari cerita rakyat Minahasa. Tarian ini bercerita tentang kisah cinta seorang petani dengan bidadari yang kemudian dikemas dalam bentuk tarian diiringi dengan musik tradisional tanpa dialog. Jika dilihat dari fungsi, tarian ini berguna sebagai hiburan atau pertunjukkan masyarakat, Gerakan dalam tarian memberi gambaran tentang kehidupan dalam cerita sehingga bisa lebih mudah dimengerti sekaligus dinikmati. Tari Tatangesan Tari tatangesan adalah tarian di Sulawesi Utara yang bercerita tentang perjuangan masyarakat desa ketika melawan bajak laut Mindanou yang datang dari perairan Filipina. Bajak laut tersebut sering mengganggu aktivitas masyarakat sehingga semangat untuk melawan para bajak laut dikobarkan dengan syair dan lagu berjudul kiting kiting. Gerakan dalam tarian ini merupakan perpaduan unsur nilai sejarah dengan tradisi kebudayaan masyarakat Minahasa yang dituang dalam 9 karakteristik gerakan berpadu dengan musik etnis khas Minahasa dengan pola komposisi dasar 3 nada. Tarian biasanya dilakukan 9 orang atau lebih oleh wanita dan pria dengan iringan alat musik seperti suling bambu, kolintang, tambur, momongan dan juga tetengkoren. Tari Pasasanggarama Ini merupakan tarian di Sulawesi utara yang lebih tepatnya berasal dari Kabupaten Talaud. Tarian tradisional ini diangkat dari cerita masyarakat Talaud untuk menggambarkan tatanan hidup sosial dulu kala sehingga terkenal dengan semboyan kebersamaan, sansiote sampate pateā. Unsur kebersamaan kemudian diekspresikan dalam gerakan dari para penari beserta musiknya. Kata pasasanggarama sendiri berarti saling memberikan tumpangan antara yang satu dengan yang lain. Ketika ditampilkan, tarian Sulawesi utara ini dilakukan 24 pasang pria dan wanita yang diiringi alat musik tradisional seperti tambur, gitar dan keroncong. Tari Mokosambe Tarian asal Sulawesi Utara ini berasal dari Bolaang Mengondow yang diciptakan Hazard Simanon dan sumbe cerita rakyat Bapak Bernard Ginupit. Tarian ini diangkat dari kisah 7 putri atau bidadari yang turun dari khayangan untuk mandi di lereng Gunung Kamasaan di Kec. Sang Tombolang Bolaang Mongondow. Salah satu sayap dari putri tersebut direbut putra Raja bernama Mokosambe sehingga putri bernama Bua Poyandi tidak bisa kembali ke khayangan. Putri kemudian dipersunting Mokosambe dan ada juga penghuni goa yang ternyata memiliki niat sama untuk mempersunting putri bungsu dan akhirnya kisah tersebut dijadikan sebuah tari bernama tari mokosambe. Tari Maengket Tarian maengket Sulawesi Utara lebih tepatnya berasal dari Manado dimana maengket berarti engket yakni mengangkat tumit kaki naik turun. Dengan tambahan ma di depan kata engket, maka bisa diartikan sebagai menari dengan naik dan turun. Ini menjadi tarian tradisi masyarakat Minahasa yang masih ada hingga sekarang dan sudah dikenal sejak masyarakat Minahasa mengenal pertanian. Dulu tari ini dilakukan ketika panen sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan. Tari maengket terdiri dari 3 babak yakni Maowey Kamberu, Marambak dan juga Lalayaan. Maowey kamberu merupakan tarian yang dilakukan untuk ucapan syukur atas panen berlimpah. Sedangkan marambak merupakan tarian yang memperlihatkan semangat bergotong royong sekaligus menjadi lambang muda mudi Minahasa yang sedang mencari pasangan. Tari Gunde Tari gunde merupakan tarian Sulawesi utara lebih tepatnya dari daerah Sangihe yang biasa ditarikan oleh para wanita dengan gerakan khas serta musik tradisional. Dalam bahasa setempat, gunde memiliki arti pelan atau lambat yang terlihat dari gerakan lemah gemulai dalam tarian ini sebagai lambang kesucian dan kelembutan seorang wanita. Untuk masyarakat Sangihe, tarian ini menjadi tarian yang sakral dan memiliki filosofi tersendiri untuk mereka. Dulu tarian ini digunakan untuk penyembahan pada Genggona Langi yakni sang pencipta alam yang juga menjadi tarian istana karena sering dipertunjukkan di lingkungan istana. Para penari akan melewati proses seleksi sehingga hanya penari terbaik yang bis menarikan tarian daerah Sulawesi Utara ini dan harus masih gadis. Para penari nantinya akan memakai busana adat yang disebut dengan Laku Tepu terdiri dari baju panjang dan kain sarung khas Sangihe. Untuk rambut akan digelung dan dihiasi dengan mahkota kecil. Sementara untuk aksesoris menggunakan anting, gelang, kalung dan kain selempang serta membawa sapu tangan selama melakukan gerakan tarian.
- Seperti daerah lain di Indonesia, Provinsi Sulawesi Utara memiliki beragam hasil budaya yang khas. Tak hanya menarik, namun hasil budaya dari masyarakat yang berkembang sejak masa lalu ternyata masih terjaga dan dilestarikan hingga juga 6 Tari Tradisional Kalimantan Timur, dari Tari Datun Ngentau hingga Tari Punan Letto Beberapa hasil budaya dari Sulawesi Utara antara lain rumah adat, pakaian adat, serta berbagai seni pertunjukkan. Baca juga 8 Tari Tradisional Aceh, dari Tari Saman hingga Tari Rapaāi Geurimpheng Seni pertunjukan asal Sulawesi yang bersumber dari budaya dan adat setempat diantaranya adalah seni tari juga 10 Tari Tradisional Bali, dari Tari Kecak hingga Joged Bumbung Tari Tradisional Sulawesi Utara Berikut adalah beberapa tari tradisional asal Sulawesi Utara yang masih banyak dipelajari dan ditampilkan sampai saat ini. 1. Tari Sasambo Tari Sasambo adalah tari tradisional asal Sulawesi Utara yang ditarikan menggunakan iringan tagonggong. Dilansir dari laman Kemendikbud, Sasambo adalah puisi yang terdiri atas dua baris mengandung arti sebenarnya dan arti kiasan, yang mulanya brisi doa dan pujian kepadda Tuhan. Tarian ini bermula dari sebuah kebiasaan yang dilakukan setelah selesai upacara adat yang dilanjutkan dengan menyanyi sasambo dengan iringan tagonggong atau mesambo ringangu metagonggong. Tari Sasambo dilakukan secara berkelompok dengan peran sebagai mesasambone penyanyi, penabuh tagonggong, para penari, dan seorang pemimpin grup. 2. Tari Mopotobong Tari Mopotobong adalah tari tradisional Bolaang Mongondow yang ditarikan secara berkelompok.
gambar tari dari sulawesi