Menanggapiklaim HRW, Arthur menyatakan tes keperawanan tidak pernah ada dalam sistem penerimaan calon polwan. Menurut dia, tes kesehatan yang dilakukan pihaknya mencakup banyak hal. Mulai pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki, pemeriksaan organ dalam lewat tes darah, USG, dan sejumlah tes, hingga tes kejiwaan dan kepribadian. Alasanpelaku meminta foto tersebut ialah untuk keperluan tes keperawanan. "Dari sebelas perempuan tersebut, saya meminta uang mulai dari Rp 500 ribu, Rp 1 juta, hingga ada yang Rp 1.500.000 Mungkinada tes kesehatan yang lain tapi bagi saya tes keperawanan adalah tes terakhir yang saya tahu ada. Biasanya meminta petunjuk dari atasan dan menyusun rencana yang pantas. Menurut Basuki seorang pekerja seks komersial yang bertobat jauh lebih terpuji daripada oknum pejabat yang menikmati uang rakyat atau bertindak korupsi. cash. Jakarta - Negara berkembang seperti Indonesia banyak belajar dari negara-negara barat, bahkan sampai hal-hal negatif pun ikut ditiru. Salah satunya adalah pergaulan bebas yang marak di kalangan remaja. Hingga pada akhirnya beberapa pihak menggulirkan wacana perlunya melakukan tes keperawanan di tersebut sempat mencuat pada tahun 2010 lalu lantaran beberapa pihak merasa resah dengan maraknya seks bebas dan tingginya angka kehamilan tak diinginkan di kalangan pelajar. Tujuannya adalah membuat remaja-remaja yang penasaran ini Komisi IV DPRD Provinsi Jambi, Bambang Bayu Suseno, adalah yang pertama kali mengusulkan perlunya tes keperawanan dalam penerimaan siswa baru di SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Usulan ini kemudian disambut dengan pro kontra di kalangan masyarakat luas. Pada akhirnya, usulan ini kandas karena ditentang oleh banyak pihak dengan alasan diskriminasi terhadap perempuan serta mematahkan harapan generasi muda yang ingin meneruskan sekolah. Selain itu, keperawanan bukan merupakan ranah dunia beberapa institusi pendidikan militer atau kedinasan ternyata melakukan tes keperawanan saat menyeleksi mahasiswa baru. Padahal institusi seperti ini jelas memiliki aturan yang amat ketat sehingga kecil kemungkinan bagi para siswa dapat terlibat dalam pergaulan menurut dokter yang bertugas di TNI Dr Frits Max Rumintjap, SpOGK, MARS mengatakan tes keperawanan di sekolah militer tujuannya lebih untuk memantau kondisi kesehatan reproduksi."Tes keperawanan ini bukan seperti yang dibayangkan. Sebenarnya tes ini dilakukan untuk melihat adanya kelainan dalam organ reproduksi perempuan. Kesehatan perempuan memang lebih diperhatikan karena memiliki vagina yang rentan terserang penyakit. Bisa saja nanti hasilnya ditindaklanjuti secara klinis atau psikologis," kata Dr Frits Max Rumintjap, SpOGK, MARS, dokter spesialis kandungan yang juga merupakan Kasubdin Pelayanan Kesehatan Mabes TNI AU kepada detikHealth, Rabu 19/9/2012.Dr Frits menjelaskan bahwa seleksi penerimaan beberapa institusi pendidikan militer berupaya mencari siswa yang benar-benar sehat baik fisik maupun mental. Oleh karena itu kondisi kesehatan reproduksi tidak bisa dianggap remeh. pah/ir Apa itu tes keperawanan? Bagaimana cara tes keperawanan? Pentingkah tes keperawanan? Tujuan tes keperawanan Mitos dan fakta tes keperawanan Umumnya, orang-orang berpikir bahwa keperawanan selalu diukur dari selaput dara wanita yang masih utuh atau sudah robek. Jika selaput daranya sudah robek, wanita tersebut dianggap tidak perawan sebenarnya seorang wanita bisa disebut tidak perawan jika ia telah melakukan hubungan seksual vagina, dan selaput dara yang robek bisa saja disebabkan oleh faktor lain, seperti aktivitas fisik, prosedur pengobatan tertentu, penggunaan tampon, dan penjelasan singkat ini, kamu mungkin bertanya-tanya apa itu tes keperawanan dan apakah tes ini efektif dilakukan atau tidak. Yuk, simak penjelasan berikut!Apa itu tes keperawanan?Tes keperawanan adalah suatu pemeriksaan ginekologis yang dipercaya dapat mengetahui apakah seorang wanita masih perawan atau tidak. Tes utama biasanya dilakukan dengan mengecek langsung selaput dara yang terdapat di bukaan vagina. Tujuannya adalah untuk melihat bentuk selaput dan apakah itu mengarah pada tanda-tanda aktivitas seksual di masa beberapa negara, tes ini dibuat untuk memeriksa korban kasus pemerkosaan. Melalui hasil tes, penyidik dapat melihat bahwa korban benar-benar merasa tidak nyaman atau benar-benar mendapatkan pemerkosaan. Tes ini memang masih kontroversial di berbagai negara, karena sebagian orang percaya bahwa tes keperawanan adalah pelanggaran hak asasi ini juga cenderung memiliki efek negatif, baik fisik maupun psikologis. Kemungkinan efek negatifnya adalah rasa malu, mengingat kembali peristiwa traumatis, rasa sakit, stres, depresi, hingga gangguan cara tes keperawanan?Terlepas dari kenyataan bahwa tes keperawanan tidak dapat memberikan informasi tentang keperawanan seorang wanita atau tidak, beberapa alasan tentu mengharuskan seseorang menjalani tes ini biasanya dilakukan melalui pemeriksaan panggul atau pemeriksaan vagina. Prosedur ini dilakukan dengan memeriksa selaput dara. Tujuannya untuk mengetahui apakah selaput dara teregang atau robek, yang menandakan bahwa seseorang sudah tidak International Society for Sexual Medicine, sebagian besar metode pengujian keperawanan dilakukan dengan menggunakan metode ā€œdua jariā€. Metode ini dilakukan dengan memasukkan dua jari ke dalam lubang vagina untuk memeriksa selaput pemeriksaan sebenarnya tidak dapat mengungkapkan apakah wanita itu perawan atau aktif secara seksual. Bahkan seorang dokter kandungan pun tidak dapat menentukan keperawanan seorang wanita dengan pemeriksaan fisik. Ini karena struktur dan elastisitas selaput dara bervariasi pada setiap tes keperawanan?Organisasi Kesehatan Dunia WHO tidak menganjurkan melakukan tes keperawanan dalam keadaan apapun karena merupakan pelanggaran hak asasi manusia. Secara ilmiah, tidak ada metode dalam komunitas medis untuk menguji keperawanan dengan menguji selaput keperawanan sebenarnya dapat berdampak buruk pada kondisi fisik, psikologis, dan sosial seorang wanita. Apalagi jika penyidikan ini dilakukan terhadap korban kekerasan dan pelecehan seksual. Mengingat alasan ilmiah yang belum terbukti dan risiko membahayakan kesehatan mental wanita, tes keperawanan dengan mengecek selaput dara seharusnya tidak boleh pun dapat memiliki definisi keperawanan yang berbeda. Namun tes ini masih menjadi kontroversi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Mengingat status perawan merupakan struktur sosial, budaya dan agama, maka pemahaman dan konsep perawan kembali kepada masing-masing tes keperawananAda berbagai kepercayaan di masyarakat mengenai legalitas tes keperawanan perempuan. Tes keperawanan sendiri merupakan tradisi yang sudah lama dilakukan di berbagai belahan dunia karena alasan tertentu. Ada beberapa alasan melakukan tes ini, sepertiKesepakatan pra-nikah dengan calon mempelaiSyarat penerimaan karyawan baru di instansi tertentuSeleksi pekerjaan profesional di bagian kesehatan, kepolisian, atau tokoh masyarakatUji fisik untuk kasus pemerkosaanTes yang dilakukan untuk syarat profesional tertentu seperti di bagian kesehatan, petugas kepolisian, dan bahkan tokoh masyarakat dilakukan untuk menilai kehormatan dan nilai sosial dan fakta tes keperawananAda mitos yang berkembang bahwa melakukan tes keperawan dengan metode dua jari cukup akurat untuk mengetahui apakah selaput dara wanita telah robek atau belum. Jika selaput dara robek, artinya wanita tersebut sudah pernah melakukan hubungan struktur dan elastisitas selaput dara setiap wanita bisa berbeda-beda. Sehingga, tidak dapat dijadikan acuan bahwa selaput dara sebagai bukti keperawanan. Dengan kata lain, menggunakan selaput dara sebagai penentu tes ini tidaklah efektif. Hanya karena selaput dara kendur atau robek, bukan berarti wanita tersebut sudah pernah melakukan hubungan keperawanan yang biasanya dilakukan dengan mengecek selaput dara juga bersifat tidak adil, sehingga beberapa wanita yang menjalaninya mungkin akan mengalami trauma. Karena itu, banyak wanita takut menjalani tes ini. Apalagi tesnya hanya dilakukan dengan melihat bentuk dan ukuran vagina, serta robek atau tidaknya selaput dara wanita tersebut. Beberapa instansi masih mewajibkan calon karyawan atau anggotanya untuk menjalani tes keperawanan. Ini sejalan dengan prinsip masyarakat yang berpikir bahwa seorang wanita yang belum menikah sudah seharusnya masih perawan. Akibat pemikiran tersebut, timbul mitos bahwa keperawanan bisa diuji secara medis. Lalu, bagaimana dengan keperawanan dalam pandangan medis? Benarkah ada tes atau cara tertentu untuk menguji keperawanan seorang wanita? Apa itu keperawanan dalam pandangan medis? Keperawanan adalah konsep dan norma sosial, bukan kondisi medis. Oleh karena itu, makna keperawanan bisa berbeda-beda bagi setiap orang. Tidak ada definisi yang secara spesifik bisa menggambarkan apa itu keperawanan. Namun, secara umum seorang perawan adalah wanita yang belum pernah berhubungan seksual dengan orang lain. Arti dari berhubungan seksual sendiri bisa bermacam-macam. Ada yang menganggap bahwa hubungan seks terjadi jika ada penetrasi oleh penis pada vagina. Akan tetapi, ada juga yang percaya bahwa aktivitas, seperti masturbasi, fingering memasukkan jari ke dalam vagina untuk memberikan rangsangan seksual, dan petting saling menggesekkan alat kelamin juga termasuk hubungan seksual. Apakah bisa menguji keperawanan seorang wanita? Akibat perbedaan makna tersebut, tidak ada seorang pun yang bisa menguji keperawanan seorang wanita. Keperawanan hanya bisa diketahui oleh diri Anda sendiri. Bahkan, dokter atau tenaga kesehatan pun tidak bisa menentukan apakah seseorang masih perawan. Pasalnya, tidak ada tanda-tanda fisik yang bisa dilihat orang lain untuk mengetahui apakah seorang wanita pernah berhubungan seksual. Oleh karena itu, tidak ada cara pasti untuk menguji keperawanan seseorang. Bahkan, para ahli percaya bahwa hasil tes keperawanan yang tersedia pun tidak selalu akurat dan sulit dipastikan. Selain itu, berdasarkan pernyataan PBB, uji keperawanan melanggar hak asasi manusia HAM dan merupakan bentuk diskriminasi seksual. Tes keperawanan juga tidak bermanfaat secara medis. Sebaliknya, tes ini sering kali menimbulkan rasa sakit, malu, dan trauma pada wanita yang menjalaninya. Melalui penelitian tahun 2017 dalam jurnal Reproductive Health, para ahli menyatakan bahwa tes keperawanan bahkan bisa menyebabkan masalah seksual pada kemudian hari. Sebagai contoh, seorang wanita bunuh diri akibat hasil tes keperawanan yang ia dapat menyatakan bahwa dirinya tidak perawan. Padahal, dia sudah bersaksi bahwa dirinya tidak pernah berhubungan seksual sebelumnya. Bagaimana cara tes keperawanan secara medis? Pada beberapa kondisi sosial, tes keperawanan dijadikan syarat untuk menikah atau penerimaan anggota atau karyawan baru. Sementara itu, untuk beberapa kasus, uji keperawanan mungkin juga perlu dilakukan dalam penyelidikan terkait kekerasan seksual. Melansir dari International Society for Sexual Medicine, cara menguji keperawanan yang banyak dilakukan, yaitu melalui pemeriksaan panggul atau pemeriksaan vagina dengan metode ā€œdua jariā€. Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukan dua jari ke dalam vagina untuk memeriksa adanya pelebaran atau robekan pada selaput dara. Selaput dara yang mengalami pelebaran atau robek dipercaya bisa menandakan wanita tersebut pernah melakukan kegiatan seksual. Pada kondisi itu, hasil uji keperawanan akan menyatakan ia sudah tidak perawan. Mitos-mitos seputar uji keperawanan Meski begitu, karena masyarakat begitu khawatir dengan keperawanan, muncul berbagai mitos seputar tes keperawanan. Walau secara sepintas mungkin terdengar meyakinkan, tidak ada landasan ilmiah yang bisa membenarkan mitos-mitos tersebut. Berikut ini adalah beberapa mitos seputar uji keperawanan. 1. Selaput dara sobek Banyak orang percaya bahwa tes keperawanan seorang wanita bisa dilakukan dengan melihat apakah selaput dara masih rapat atau utuh. Padahal, selaput dara tidak bisa dijadikan tolak ukur keperawanan. Selaput dara atau hymen adalah lapisan tipis dan lentur yang melindungi bukaan vagina dari dalam. Lapisan ini bisa memiliki bentuk dan ukuran yang bermacam-macam. Kebanyakan selaput dara berlubang di bagian tengah. Hal ini memungkinkan keluarnya darah ketika menstruasi. Namun, ada juga wanita yang memiliki selaput dara dengan lubang yang sangat kecil, sehingga rentan sobek. Selaput dara yang sudah sobek biasanya ditandai dengan bekas kulit yang seperti pecah-pecah di sekitar bukaan vagina tanpa adanya selaput. Selaput dara sobek bisa terjadi kapan saja, misal ketika berolahraga, naik sepeda, berdansa, jatuh, berhubungan seks, dan banyak kemungkinan lainnya. Tampon juga bisa masuk ke dalam vagina dan merusak selaput dara. Maka dari itu, berhubungan seks bukanlah satu-satunya alasan selaput dara seorang wanita sobek. Wanita yang sudah berhubungan seks pun mungkin saja memiliki selaput dara yang masih utuh. Ini karena beberapa wanita memiliki selaput dara yang sangat kuat atau dengan lubang yang cukup besar, sehingga penis bisa masuk tanpa merobek lapisan tersebut. Sebagaimana setiap wanita memiliki selaput dara dengan sifat dan bentuk yang berbeda-beda, tidak ada cara tertentu untuk menguji keperawanan wanita hanya berdasarkan selaput daranya. Perlu Anda KetahuiSama seperti melukai permukaan kulit mana pun di sekujur tubuh Anda, selaput dara sobek sebelum berhubungan seks adalah hal yang wajar dan tidak perlu dikhawatirkan. Selaput dara yang sobek juga tidak berpengaruh apa pun pada kesehatan seseorang secara umum dan seksual. 2. Vagina berdarah Mitos ini bermula dari kepercayaan yang serupa, yaitu keperawanan bisa diuji dengan melihat selaput dara. Salah satu gejala selaput dara sobek adalah perdarahan pada area vagina. Maka dari itu, orang-orang jadi percaya bahwa setiap wanita seharusnya mengalami perdarahan pada hubungan seks pertama kali. Kenyataannya, selaput dara sobek tidak selalu menyebabkan perdarahan. Terkadang, perdarahan juga bisa terjadi dengan sangat ringan, sehingga tidak disadari sama sekali. Perlu diingat, beberapa wanita memiliki selaput dara yang sangat tipis, sehingga ketika rusak, kerusakannya pun tidak parah hingga menimbulkan perdarahan. Sementara itu, ada yang selaput daranya tebal sehingga kerusakannya bisa menyebabkan perdarahan. Oleh karena itu, tidak benar kalau orang yang masih perawan pasti akan mengalami perdarahan ketika pertama kali berhubungan seks. 3. Gairah seksual wanita Jika seorang wanita mengalami orgasme, vagina basah, atau bergairah ketika pertama kali berhubungan seks, bukan berarti ia sudah pernah berhubungan seks sebelumnya. Mitos bahwa wanita yang bergairah atau mencapai orgasme pada kali pertama berhubungan seks sudah tidak perawan berawal dari kepercayaan tradisional. Sebagai hal yang tabu dalam masyarakat, seorang wanita tidak boleh memiliki gairah seksual ketika masih perawan. Seorang wanita dianggap tidak seharusnya tahu atau menikmati seks layaknya pria. Hal ini tentu salah besar. Setiap orang, baik perempuan maupun laki-laki, sama-sama memiliki kesadaran dan gairah seksual. Kesadaran seksual ini bisa dimulai pada usia berapa pun. Ada yang kesadaran seksualnya muncul ketika masa puber, tetapi ada juga yang baru muncul saat dewasa. Bahkan, beberapa orang sudah memiliki gairah seksual di usia sekolah dasar. Memiliki pengetahuan seksual yang luas juga tidak berarti seseorang sudah tidak perawan. Namun, masyarakat sering kali keliru dan memberi kesan negatif pada wanita yang tidak menutupi seksualitasnya.

pekerjaan yang ada tes keperawanan